Keadaan lapangan dibagi dua:
1. Lapangan mendatar
2. Lapangan miring
AD. 1. LAPANGAN MENDATAR
Garis bidik mendatar sejajar
lapangan (lihat gambar 2)
Selain beberapa benang silang
tengah, diafragma trnasit atau teodolit untuk takimetri mempunyai dua benang
horizontal tambahan yang ditempatkan sama jauhnya dari benang tengah seperti
pada Gambar.2. interval antara benang-benang stadia itu kebanyakan pada
instrument diberikan perpotongan vertical 1 meter pada rambu yang dipasang
sejauh 100 meter (atau 1 meter pada jarak 100 meter) . jadi jarak ke rambu yang
dibagi secara decimal dalam meter, persepuluh dan perseratusan dapat langsung
dibaca sampai meter terdekat. Ini sudah cukup saksama untuk menentukan lokasi
detail-detail topografik sungai,jembatan dan jalan, yang akan digambarkan pada
peta dengan sekala 1:100 atau sekala lebih besar 1:50.
Metode takimetri didasarkan pada
prinsip bahwa pada segitiga-segitiga yang sebangun, sisi yang sepihak adalah
sebanding. Pada gambar.2 .menggambarkan teropong pumpunan-luar, berkas sinar
dari titik A dan B melewati pusat lensa membentuk sepasang segitiga sebangun
AmB dan amb. Di sini AB=R adalah perpotongan rambu(interval stadia) dan ab
adalah selang antara benag-benang stadia.
Simbol-simbol baku yang dipakai
dalam pengukuran takimetri dan definisnya adalah sebagai berikut:
F= jarak pumpun lensa(sebuah tetapan
untuk gabungan lensa obyektif terttentu) dapat ditentukan dengan pumpunan pada
obyek yang jauh dan mengukur jarak antara pusat lensa obyek(sebenarnya adalah
titik simpul dengan diafragma( jarak pumpun = focal length)
F1= jarak bayangan atau jarak dari
pusat (sebenarnya titik simpul) lensa obyektif ke bidang benang silang sewaktu
teropong terpumpun pada titik tertentu.
F2= jarak opbyektif atau jarak dari
pusat (sebenarnya adalah titik simpul) dengan diafragma titik tertentu sewaktu teropong
terpumpun pada titik itu. Bila f2 takterhingga, atau amat besar,f1=f
I= selang antara benang-benang
stadia (ab pada gambar 2)
f/i= factor pengali, biasanya 100
(stadia interval vaktor),biasanya 100
c= jarak dari pusat lensa instrument
(sumbu I) ke pusat lensa obyektif. Harga c sedikit beragam sewaktu lensa
obyektif bergerak masuk atau keluar untuk panjang bidikan berbeda,tetapo biasanya
dianggap tetapan.
C= c+f.c disebut tetapan
stadia,walaupun sedikit berubah karena c
d= jarak dari titik pumpun didepan
teropong ke rambu
D= C+d+jarak dari pusat instrument
ke permukaan rambu
Dari segitiga-segitiga sebangun pada
gambar.2
d/f = R/t atau d = R (f/i)
d/f = R/t atau d = R (f/i)
Dan
D=R ( f/i ) +C
Benang-
benang silang jarak optis tetap pada transit. Teodolit,alat sipat datar dan
dengan cermat diatur letaknya oleh pabrik instrument agar factor pengali f/I
sama dengan 100. Tetapan stadia C berkisar dari kira-kira 0,75 sampai 1,25
untuk teropong-teropong pumpunan luar yang berbeda, tetapi biasnya dianggap
sama 1 meter. Satu-satunya variabel diruas kanan persamaan adalah R yaitu
perpotongan benang-benang stadia. Pada gambar 15-1. Bila perpotongan R adalah
4.27 ft, jarak dari instrument ke rambu adalah 427+1=428 ft.
Yang
telah dijelaskan adalah teropong pumpunan luar jenis lama, karena dengan gambar
sederhana dapat ditunjukkan hubungan-hubungan dengan benar. Lensa obyektif
teropong pumpunan dalam ( jenis yang sekarang dipakai pada instrument ukur
tanah) mempunyai kedudukanterpasnag tetap sedangkan lensa pumpunan negative
dapat digerakkan antara lesa obyektif dan bidang benang silang untuk mengubah
arah berkas sinar. Hasilnya, tetapan stadia menjadi demikian kecil sehingga
dapat dianggap nol.
Benang
stadia yang menghilang dulu dipakai pada beberapa instrument lama untuk
menghindari kekacauan dengan benang tengah horizontal. Diafragma dari kaca yang
modrn dibuat dengan garis-garis stadia pendek dan benang tengah yang penuh
[lihat gambar 10-6] memberikan hasil yang sama secara lebih berhasil guna.
Untuk menentukan factor pengali,
perpotongan rambu R dibaca untuk bidikan horizontal berjarak diketahui sebesar
D. kemudian, pada bentuk lain persamaan (15.1). factor pengali adalah f/I =
(D-C)R. sebagai contoh, pada jarak 300.0 ft, interval rambu terbaca 3.01.
harga-harga untuk f dan c terukur sebesar 0.65 dan 0.45 ft
berturut-turut,karenanya C = 1.1 ft. kemudian, f/I =(300.0-1.1)/3.01=99.3.
ketelitian dalam menetukan f/I meningkat dengan mengambil harga pukul rata dari
beberapa garis yang jaraknya terukur berkisar dari kira-kira 100 sampai 500 m
dengan kenaikan tiap kali 100 meter.
No comments:
Post a Comment