Wednesday, 4 March 2015

PRINSIP TACHYMETRI

Keadaan lapangan dibagi dua:
1.    Lapangan mendatar
2.    Lapangan miring

AD. 1. LAPANGAN MENDATAR
Garis bidik mendatar sejajar lapangan (lihat gambar 2)





Selain beberapa benang silang tengah, diafragma trnasit atau teodolit untuk takimetri mempunyai dua benang horizontal tambahan yang ditempatkan sama jauhnya dari benang tengah seperti pada Gambar.2. interval antara benang-benang stadia itu kebanyakan pada instrument diberikan perpotongan vertical 1 meter pada rambu yang dipasang sejauh 100 meter (atau 1 meter pada jarak 100 meter) . jadi jarak ke rambu yang dibagi secara decimal dalam meter, persepuluh dan perseratusan dapat langsung dibaca sampai meter terdekat. Ini sudah cukup saksama untuk menentukan lokasi detail-detail topografik sungai,jembatan dan jalan, yang akan digambarkan pada peta dengan sekala 1:100 atau sekala lebih besar 1:50.

Metode takimetri didasarkan pada prinsip bahwa pada segitiga-segitiga yang sebangun, sisi yang sepihak adalah sebanding. Pada gambar.2 .menggambarkan teropong pumpunan-luar, berkas sinar dari titik A dan B melewati pusat lensa membentuk sepasang segitiga sebangun AmB dan amb. Di sini AB=R adalah perpotongan rambu(interval stadia) dan ab adalah selang antara benag-benang stadia.
Simbol-simbol baku yang dipakai dalam pengukuran takimetri dan definisnya adalah sebagai berikut:
F= jarak pumpun lensa(sebuah tetapan untuk gabungan lensa obyektif terttentu) dapat ditentukan dengan pumpunan pada obyek yang jauh dan mengukur jarak antara pusat lensa obyek(sebenarnya adalah titik simpul dengan diafragma( jarak pumpun = focal length)
F1= jarak bayangan atau jarak dari pusat (sebenarnya titik simpul) lensa obyektif ke bidang benang silang sewaktu teropong terpumpun pada titik tertentu.
F2= jarak opbyektif atau jarak dari pusat (sebenarnya adalah titik simpul) dengan diafragma titik tertentu sewaktu teropong terpumpun pada titik itu. Bila f2 takterhingga, atau amat besar,f1=f
I= selang antara benang-benang stadia (ab pada gambar 2)
f/i= factor pengali, biasanya 100 (stadia interval vaktor),biasanya 100
c= jarak dari pusat lensa instrument (sumbu I) ke pusat lensa obyektif. Harga c sedikit beragam sewaktu lensa obyektif bergerak masuk atau keluar untuk panjang bidikan berbeda,tetapo biasanya dianggap tetapan.
C= c+f.c disebut tetapan stadia,walaupun sedikit berubah karena c
d= jarak dari titik pumpun didepan teropong ke rambu
D= C+d+jarak dari pusat instrument ke permukaan rambu
Dari segitiga-segitiga sebangun pada gambar.2

                                                             d/f = R/t atau d = R (f/i)
Dan
D=R ( f/i ) +C

     Benang- benang silang jarak optis tetap pada transit. Teodolit,alat sipat datar dan dengan cermat diatur letaknya oleh pabrik instrument agar factor pengali f/I sama dengan 100. Tetapan stadia C berkisar dari kira-kira 0,75 sampai 1,25 untuk teropong-teropong pumpunan luar yang berbeda, tetapi biasnya dianggap sama 1 meter. Satu-satunya variabel diruas kanan persamaan adalah R yaitu perpotongan benang-benang stadia. Pada gambar 15-1. Bila perpotongan R adalah 4.27 ft, jarak dari instrument ke rambu adalah 427+1=428 ft.

     Yang telah dijelaskan adalah teropong pumpunan luar jenis lama, karena dengan gambar sederhana dapat ditunjukkan hubungan-hubungan dengan benar. Lensa obyektif teropong pumpunan dalam ( jenis yang sekarang dipakai pada instrument ukur tanah) mempunyai kedudukanterpasnag tetap sedangkan lensa pumpunan negative dapat digerakkan antara lesa obyektif dan bidang benang silang untuk mengubah arah berkas sinar. Hasilnya, tetapan stadia menjadi demikian kecil sehingga dapat dianggap nol.

     Benang stadia yang menghilang dulu dipakai pada beberapa instrument lama untuk menghindari kekacauan dengan benang tengah horizontal. Diafragma dari kaca yang modrn dibuat dengan garis-garis stadia pendek dan benang tengah yang penuh [lihat gambar 10-6] memberikan hasil yang sama secara lebih berhasil guna.


Untuk menentukan factor pengali, perpotongan rambu R dibaca untuk bidikan horizontal berjarak diketahui sebesar D. kemudian, pada bentuk lain persamaan (15.1). factor pengali adalah f/I = (D-C)R. sebagai contoh, pada jarak 300.0 ft, interval rambu terbaca 3.01. harga-harga untuk f dan c terukur sebesar 0.65 dan 0.45 ft berturut-turut,karenanya C = 1.1 ft. kemudian, f/I =(300.0-1.1)/3.01=99.3. ketelitian dalam menetukan f/I meningkat dengan mengambil harga pukul rata dari beberapa garis yang jaraknya terukur berkisar dari kira-kira 100 sampai 500 m dengan kenaikan tiap kali 100 meter.

No comments:

Post a Comment