2.1 PENGERTIAN UMUM
Pondasi adalah suatu bagian dari Konstruksi bangunan yang bertugas
meletakkan bangunan dan meneruskan beban bangunan atas (Upper Structure / super struktur) ketanah dasar yang cukup kuat mendukungnya,
untuk itu pondasi harus diperhitungkan apat menjamin kestabilan bangunan
terhadap beban sendiri, beban berguna dan gaya-gaya lain seperti tekanan
angina, gempa bumi dan lain-lain dan tidak boleh terjadi penurunan pondasi
setempat atau penurunan pondasi merata lebih dari batas tertentu.
Kegagalan fungsi suatu pondasi dapat disebabkan karena adanya “Base-shear Failure“ atau penurunan yang
berlebihan sehingga dapat menyebabkan timbulnya kerusakan structural pada
kerangka bangunan atau kerusakan lain seperti tembok retak, lantai pecah, pintu
jendela yang sukar dibuka.
Agar kegagalan fungsi pondasi dapat dihindari maka pondasi harus
diletakkan pada lapisan tanah yang cukup keras / padat serta kuat. Untuk mengetahui letak /
kedalaman lapisan tanah keras maka perlu dilakukan penyelidikan tanah
2.2 MACAM – MACAM PONDASI
2.2.1 Pondasi Dangkal ( Shallow foundation )
Adalah pondasi yang jika kedalaman dasar pondasi
dari muka tanah adalah kurang atau sama dengan lebar pondasi, meskipun
kedalaman pondasi adalah – 5,00 m tetapi kalau ukuran pondasinya adalah 5,00 m
x 5,00 m maka pondasi tersebut digolongkan dengan Pondasi Dangkal.
Pemakaian pondasi dangkal biasanya untuk bangunan
rumah tinggal dan gedung bertingkat biasa dengan beban bangunan tidak besar dan
biasa disebut Pondasi Langsung ( Spread Footing ) yaitu dengan
memperlebar bagian bawah kolom atau dinding bangunan, sehingga beban bangunan
disebarkan (spread) menjadi desakan yang lebih kecil daripada daya dukung tanah
yang diijinkan
Beban bangunan
Af
= ----------------------------
Daya dukung tanah
Af = Luas pondasi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk Pondasi
langsung :
·
Dasar pondasi harus terletak dibawah lapisan tanah yang
mengandung humus / bahan organik atau tumbuh-tumbuhan
·
Kedalaman tanah urug, yaitu menyangkut kestabilan tanah
·
Kedalaman tanah yang dipengaruhi sifat retak-retak atau
kembang susut
·
Letak dan kedalaman pondasi bangunan lama yang berdekatan,
agar tidak saling mengganggu
Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut diatas
maka kedalaman dasar pondasi langsung di Indonesia biasanya diletakkan antara 0,60
m sampai 3,00 m dibawah muka tanah
Pondasi
langsung menurut konstruksinya dibagi menjadi 4 macam yaitu :
a.
Pondasi menerus( Continuous footing )
Digunakan untuk bangunan rumah tidak bertingkat,
seluruh beban umumnya dipikul oleh dinding dan diteruskan ke tanah melalui
pondasi menerus sepanjang dinding bangunan.
Untuk bangunan kecil diatas tanah yang baik,
pondasi menerus dinding dinding setengah bata cukup diletakkan pada kedalaman
60 – 80 cm dibawah muka tanah, sedang yang satu bata 80 – 100 cm dari muka
tanah. Untuk konstruksinya cukup dari pasangan batu, lebar dasar pondasi
umumnya dibuat tidak kurang dari dua setengah kali tebal tembok. Diatas pondasi
pasangan batu perlu dipasang balok Sloof beton bertulang yang berfungsi sebagai
balok pengikat dan juga dapat meratakan beban dinding. Untuk dinding yang
memikul beban beban agak berat atau karena daya dukung tanah kecil maka
digunakan pondasi jalur pelat beton bertulang
2.1 PENGERTIAN UMUM
Pondasi adalah suatu bagian dari Konstruksi bangunan yang bertugas
meletakkan bangunan dan meneruskan beban bangunan atas (Upper Structure / super struktur) ketanah dasar yang cukup kuat mendukungnya,
untuk itu pondasi harus diperhitungkan apat menjamin kestabilan bangunan
terhadap beban sendiri, beban berguna dan gaya-gaya lain seperti tekanan
angina, gempa bumi dan lain-lain dan tidak boleh terjadi penurunan pondasi
setempat atau penurunan pondasi merata lebih dari batas tertentu.
Kegagalan fungsi suatu pondasi dapat disebabkan karena adanya “Base-shear Failure“ atau penurunan yang
berlebihan sehingga dapat menyebabkan timbulnya kerusakan structural pada
kerangka bangunan atau kerusakan lain seperti tembok retak, lantai pecah, pintu
jendela yang sukar dibuka.
Agar kegagalan fungsi pondasi dapat dihindari maka pondasi harus
diletakkan pada lapisan tanah yang cukup keras / padat serta kuat. Untuk mengetahui letak /
kedalaman lapisan tanah keras maka perlu dilakukan penyelidikan tanah
2.2 MACAM – MACAM PONDASI
2.2.1 Pondasi Dangkal ( Shallow foundation )
Adalah pondasi yang jika kedalaman dasar pondasi
dari muka tanah adalah kurang atau sama dengan lebar pondasi, meskipun
kedalaman pondasi adalah – 5,00 m tetapi kalau ukuran pondasinya adalah 5,00 m
x 5,00 m maka pondasi tersebut digolongkan dengan Pondasi Dangkal.
Pemakaian pondasi dangkal biasanya untuk bangunan
rumah tinggal dan gedung bertingkat biasa dengan beban bangunan tidak besar dan
biasa disebut Pondasi Langsung ( Spread Footing ) yaitu dengan
memperlebar bagian bawah kolom atau dinding bangunan, sehingga beban bangunan
disebarkan (spread) menjadi desakan yang lebih kecil daripada daya dukung tanah
yang diijinkan
Beban bangunan
Af
= ----------------------------
Daya dukung tanah
Af = Luas pondasi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk Pondasi
langsung :
·
Dasar pondasi harus terletak dibawah lapisan tanah yang
mengandung humus / bahan organik atau tumbuh-tumbuhan
·
Kedalaman tanah urug, yaitu menyangkut kestabilan tanah
·
Kedalaman tanah yang dipengaruhi sifat retak-retak atau
kembang susut
·
Letak dan kedalaman pondasi bangunan lama yang berdekatan,
agar tidak saling mengganggu
Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut diatas
maka kedalaman dasar pondasi langsung di Indonesia biasanya diletakkan antara 0,60
m sampai 3,00 m dibawah muka tanah
Pondasi
langsung menurut konstruksinya dibagi menjadi 4 macam yaitu :
a.
Pondasi menerus( Continuous footing )
Digunakan untuk bangunan rumah tidak bertingkat,
seluruh beban umumnya dipikul oleh dinding dan diteruskan ke tanah melalui
pondasi menerus sepanjang dinding bangunan.
Untuk bangunan kecil diatas tanah yang baik,
pondasi menerus dinding dinding setengah bata cukup diletakkan pada kedalaman
60 – 80 cm dibawah muka tanah, sedang yang satu bata 80 – 100 cm dari muka
tanah. Untuk konstruksinya cukup dari pasangan batu, lebar dasar pondasi
umumnya dibuat tidak kurang dari dua setengah kali tebal tembok. Diatas pondasi
pasangan batu perlu dipasang balok Sloof beton bertulang yang berfungsi sebagai
balok pengikat dan juga dapat meratakan beban dinding. Untuk dinding yang
memikul beban beban agak berat atau karena daya dukung tanah kecil maka
digunakan pondasi jalur pelat beton bertulang
Gambar Pondasi Menerus
b. Pondasi telapak ( Individual footing )
Digunakan untuk menumpu kolom bangunan , tugu /
menara, tangki air, pilar jembatan, cerobong
asap dsb, pada umumnya berbentuk bujur sangkar atau persegi panjang.
Pada pondasi ini digunakan beberapa anggapan
praktis bahwa :
·
Plat pondasi adalah kaku
sempuma, tidak akan melengkung karena beban konstruksi dan tetap merupakan
bidang lurus
·
Desakan yang terjadi pada
tanah dibawah dasar pondasi berbanding langsung dengan penurunannya
· Tegangan tarik yang mungkin timbul pada tanah
diabaikan
P
σ = ------- ton /m2
A
A = luas pondasi
Gambar Pondasi
telapak
c.
Pondasi Kaki gabungan ( Combined footing )
Digunakan pada kolom bangunan, dimana jarak kolom
terlalu dekat sehingga pondasinya digabung menjadi satu. Jika letak kolom
bangunan dekat sampai batas tanah yang dimiliki seperti pada Rumah Toko didaerah
pertokoan / pusat kota, karena harga tanah mahal maka rumah dibangun bertingkat
dan selebar mungkin sampai batas tanah seluruhnya. Pada keaaan ini ruangan yang
tersedia tidak cukup untuk membuat pondasi telapak yang sentris utnuk mendukung
masing-masing kolom bangunan sehingga harus dibuat pondasi gabungan
Bentuk
pondasi Kaki gabungan :
·
Bentuk Persegi panjang
Digunakan jika kolom bangunan dengan beban yang agak
kecil dan ruangannya terbatas
·
Bentuk Trapesium
Digunakan bila ruangan disebelah kolom dengan
beban besar terbatas, maka bentuk persegi panjang tidak dapat digunakan karena
batas tanah tersebut sehingga pondasi dibawah kolom diperlebar menjadi bentuk
trapesium
·
Bentuk Strap
Footing
Bentuk ini terbentuk pada 2 buah kolom bangunan
dengan pondasi kaki tersendiri yang dihubungkan dengan balok penghubung (Strap footing)
sehingga kedua pondasi bekerja bersama-sama sebagai pondasi gabungan. Untuk itu
balok penghubungnya harus cukup kuat memikul momen yang terjadi.
Pondasi Strap footing biasa digunakan pada lapisan
tanah yang relatif padat dengan dengan daya dukung tanah yang cukup besar
sehingga
luas pondasi yang diperlukan agak kecil
c.
Pondasi
plat ( Mat
footing/Raft footing )
Digunakan pada lapisan tanah lunak yang daya dukungnya kecil, juga pada lapisan tanah yang
tidak homogen, atau jika terdapat lensa ‑ lensa tanah lunak pada lapisan tanah
yang agak padat. Sehingga bila menggunakan kaki pondasi yang terpisah untuk
masing-masing kolom bangunan, jumlah luas dari pondasi-pondasi itu lebih besar
dari setengah luas bangunan sehingga akan lebih praktis untuk menggunakan
pondasi plat menyeluruh seluas bangunan.
Jika ada pondasi yang berdiri diatas bagian tanah
yang lemah dan dapat menimbulkan penurunan setempat yang lebih besar dan akan mengakibatkan
terjadi penurunan yang tidak merata pada seluruh bangunan, juga jika beban
bangunan pada kolom bangunan cukup besar sehingga juga akan lebih praktis kalau
menggunakan pondasi plat
Untuk beban
‑ beban kolom bangunan yang tidak besar, maka plat pondasi dapat dibuat sama
tebal pada seluruh bangunan, tetapi jika beban ‑beban kolom bangunan cukup
besar, maka pada tempat ‑ tempat dibawah kolom, plat pondasi harus dipertebal,
penebalan dapat keatas maupun kebawah.
Untuk hitungan plat pondasi, prinsip hitungan sama
dengan perhitungan atap bangunan, hanya dibalik dengan menganggap tumpuan ada
diatas, sedang dibawah terdapat beban berat yaitu desakan
tanah pada plat pondasi tersebut.
2.2.2 Pondasi sumuran (
silinder )
A. Umum
Pondasi sumuran digunakan pada lapisan tanah keras
yang tidak terlalu dalam. Di Indonesia type pondasi ini banyak digunakan karena
pelaksanaannya sederhana, tidak diperlukan peralatan khusus dan murah.
Pondasi sumuran dapat dibuat jadi ( precast ) berupa sekmen – sekmen
beton bertulang atau dicor setempat selama pekerjaan berlangsung sampai
kedalaman / ketinggian yang diperlukan. Pondasi sumuran dapat dibuat sampai
kedalaman lebih kurang 15 meter tergantung pada jenis tanah diatas lapisan
keras tadi. Untuk kondisi lapisan tanah lembek / lepas dan muka air tanah
tinggi diperlukan penyanggah atau kaison terbuka agar dinding galian tanah
tidak runtuh.
Pondasi sumuran sepertl halnya pondasi langsung,
harus diletakkan pada kedalaman yang tidak terpengaruh oleh penggerusan.
Bila silinder / sumuran dibuat dalam bentuk
potongan ( seksi ‑ seksi ), setelah pengecoran seksi ‑ seksi, maka sekurang ‑
kurangnya perlu berselang 7 hari sebelum membuka acuan / bekisting dan
berselang 14 hari sebelum seksi perlama diturunkan. Setelah pengecoran seksi
berikutnya maka berselang 3 hari acuan dapat dibuka dan penurunan dapat
dilakukan
Silinder ‑ silinder harus diturunkan secara tegak
sempuma dan bagian. Dalam silinder digali pada waktu berlangsungnya penurunan.
Bila tepi dasar silinder diturunkan pada batuan.
Setelah silinder telah terletak pada posisi akhir,
maka dalamnya har‑us dibersihkan dan dicor dengan campuran beton biasa atau
beton cyclop yaitu campuran beton dengan. batu ‑ batu blondos dengan
perbandingan 70 % campuran beton : 30 % batu blondos, beton ini dimaksudkan
sebagai pemberat silinder
2.2.3 Pondasi Tiang
A. Umum
Pondasi
tiang pada umumnya digunakan untuk :
·
Lapisan tanah keras yang letaknya
sangat dalam dari permukaan tanah (daya
dukung / qc lebih dari 150 kg/cm2)
·
Meneruskan beban terpusat
yang besar
·
Menahan beban horizontal yang
besar
·
Menghindari penggerusan/scouring
·
Konstruksi yang peka terhadap
perbeclaan penurunan
B. Type pondasi
tiang
Type pondasi tiang dikelompokkan berdasarkan
fungsi tiang, material dan cara pelaksanaannya.
·
Fungsi tiang:
Bila lapisan
pendukung pondasi tiang terdiri dari lapisan yang keras seperti batuan, lapisan
pasir atau kerikil yang sangat padat maka, daya duVung tiang hampiT selurulinya
beTasal dari tahanan ujung tiang yang disebut Point bearing pile
·
Material :
a.
Tiang beton
Adalah tiang pancang yang terbuat dari bahan beton
bertulang yang dapat berbentuk pejal ( massive
) atau berlubang ( hollow ). Tiang
beton yang akan digunakan tidak boleh ada yang keropos, harus berbentuk seperti
yang disyaratkan dan tidak boleh dinaricang sampai beton berumur 40 hari
setelah pengecoran. Bila tiang akan akan diangkat atau digeser, tiang tersebut
harus didukung pada. titik seperempat panjangnya
Bila diperlukan penyambungan maka memperpanjang
tiang dapat dilaksanakan sbb :
Beton kepala tiang dipotong sehingga tinggal besi
– besi tulangan dengan panjang sama dengan 40 kali diameter dari tulangan
b.
Tiang baja
Adalah
tiang pancang yang terbuat dari bahan baja yang bentuknya dapat berupa profil
atau pipa. Kebanyakan penampang tiang pancang baja berbentuk profil H, karena
terbuat dari beban baja maka kekuatan tiang ini sangat besar sehingga dalam
transport dan pemancangan tidak menimbulkan bahaya fatal, seperti halnya pada
tiang pancang beton precast. Jadi pemakaian tiang pancang baja ini akan sangat
berguna bila diperlukan tiang pancang yang panjang dengan tahanan ujung yang
besar.
Kelemahan tiang pancang baja ini adalah terhadap karat ( korosi ). Bila
tiang baja memerlukan penyambungan karena kurang panjang maka tiang penyambung
harus sama dengan yang disambung dan harus selalu dilindungi dengan cara dicat
dsb.
c.
Tiang Kayu
Tiang
kayu harus mempunyai selisih tidak kurang darl ukuran millimeter antara
diameter pada pangkal dan diameter ujungnya. Setiap tiang harus diatur dengan
panjang tertentu agar mempunyai kepala tiang yang baik setelah dipancang.
d.
Tiang komposit
Adalah tiang pancang yang terdiri dari dua
bahan yang berbeda yang bekerja bersama ‑ sama sehingga merupakan satu tiang,
berupa kayu dengan beton atau baja dengan beton
·
Tiang kayu dengan beton
Tiang ini terdiri tiang paricang kayu untuk bagian
bawah muka air tanah sedangkan bagian atas adalah beton. Tiang kayu diletakkan
dibawah karena kayu akan awet bila selalu terendam oleh air atau sama sekali
tidak terendam oleh air, sehingga tiang kayu selalu terletak dibawah muka air
tanah. Kelemahan tiang ini adalah pada tempat sambungan apabila tiang pancang
ini menenma gaya horizontal yang permanen
·
Tiang baja dengan beton
Disini
tiang baja profil H terletak diatas menumpu pada sumbat beton
1.
Pipa dengan sumbat beton yang
dicor terlebih dahulu pada Ujung bawah pipa baja dipancang dalam tanah dengan
Drop hammer sampai pada tanah keras
2.
Setelah pemancangan sampai .
pada kedalaman yang telah direncanakan, pipa dimasuki pipa profil baja H dan
terus ditumbuk dengan Drop hammer sambil pipa. ditarik lagi kcatas sedikit
schingga terjadi bentuk beton seperti bola
3.
Setelah itu bang baja profif H
dimasukkan dalam pipa sampai bertumpu pada bola beton, dan pipa ditarik keluar
darl tanah
4.
Rongga disekitar tiang baja
profil baja H diisi dengan kerikil atau pasir
Sumbernya di ambil dari mana ya mas , klo boleh tau
ReplyDelete:)
Lengkap banget artikelnya gan, sy jadi ingat lagi sm si pondasi ini.
ReplyDeletesipp terimakasih banyak..informasinya lengkap
ReplyDeleteGood
ReplyDeletemantap slurr
ReplyDelete