Wednesday 4 March 2015

PONDASI


2.1  PENGERTIAN UMUM
Pondasi adalah suatu bagian dari Konstruksi bangunan yang bertugas meletakkan bangunan dan meneruskan beban bangunan atas (Upper Structure / super struktur) ketanah dasar yang cukup kuat mendukungnya, untuk itu pondasi harus diperhitungkan apat menjamin kestabilan bangunan terhadap beban sendiri, beban berguna dan gaya-gaya lain seperti tekanan angina, gempa bumi dan lain-lain dan tidak boleh terjadi penurunan pondasi setempat atau penurunan pondasi merata lebih dari batas tertentu.
Kegagalan fungsi suatu pondasi dapat disebabkan karena adanya “Base-shear Failure“ atau penurunan yang berlebihan sehingga dapat menyebabkan timbulnya kerusakan structural pada kerangka bangunan atau kerusakan lain seperti tembok retak, lantai pecah, pintu jendela yang sukar dibuka.
Agar kegagalan fungsi pondasi dapat dihindari maka pondasi harus diletakkan pada lapisan tanah yang cukup keras / padat serta kuat. Untuk mengetahui letak / kedalaman lapisan tanah keras maka perlu dilakukan penyelidikan tanah

2.2  MACAM – MACAM PONDASI
2.2.1 Pondasi Dangkal ( Shallow foundation )
Adalah pondasi yang jika kedalaman dasar pondasi dari muka tanah adalah kurang atau sama dengan lebar pondasi, meskipun kedalaman pondasi adalah – 5,00 m tetapi kalau ukuran pondasinya adalah 5,00 m x 5,00 m maka pondasi tersebut digolongkan dengan Pondasi Dangkal.
Pemakaian pondasi dangkal biasanya untuk bangunan rumah tinggal dan gedung bertingkat biasa dengan beban bangunan tidak besar dan biasa disebut Pondasi Langsung ( Spread Footing ) yaitu dengan memperlebar bagian bawah kolom atau dinding bangunan, sehingga beban bangunan disebarkan (spread) menjadi desakan yang lebih kecil daripada daya dukung tanah yang diijinkan

                                     Beban bangunan
                         Af = ----------------------------
                                   Daya dukung tanah
                                     Af  = Luas pondasi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk Pondasi langsung :
·         Dasar pondasi harus terletak dibawah lapisan tanah yang mengandung humus / bahan organik atau tumbuh-tumbuhan
·         Kedalaman tanah urug, yaitu menyangkut kestabilan tanah
·         Kedalaman tanah yang dipengaruhi sifat retak-retak atau kembang susut
·         Letak dan kedalaman pondasi bangunan lama yang berdekatan, agar tidak saling mengganggu
Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut diatas maka kedalaman dasar pondasi langsung di Indonesia biasanya diletakkan antara 0,60 m sampai 3,00 m dibawah muka tanah
          Pondasi langsung menurut konstruksinya dibagi menjadi 4 macam yaitu :

a.    Pondasi menerus( Continuous footing )

Digunakan untuk bangunan rumah tidak bertingkat, seluruh beban umumnya dipikul oleh dinding dan diteruskan ke tanah melalui pondasi menerus sepanjang dinding bangunan.

Untuk bangunan kecil diatas tanah yang baik, pondasi menerus dinding dinding setengah bata cukup diletakkan pada kedalaman 60 – 80 cm dibawah muka tanah, sedang yang satu bata 80 – 100 cm dari muka tanah. Untuk konstruksinya cukup dari pasangan batu, lebar dasar pondasi umumnya dibuat tidak kurang dari dua setengah kali tebal tembok. Diatas pondasi pasangan batu perlu dipasang balok Sloof beton bertulang yang berfungsi sebagai balok pengikat dan juga dapat meratakan beban dinding. Untuk dinding yang memikul beban beban agak berat atau karena daya dukung tanah kecil maka digunakan pondasi jalur pelat beton bertulang   

2.1  PENGERTIAN UMUM
Pondasi adalah suatu bagian dari Konstruksi bangunan yang bertugas meletakkan bangunan dan meneruskan beban bangunan atas (Upper Structure / super struktur) ketanah dasar yang cukup kuat mendukungnya, untuk itu pondasi harus diperhitungkan apat menjamin kestabilan bangunan terhadap beban sendiri, beban berguna dan gaya-gaya lain seperti tekanan angina, gempa bumi dan lain-lain dan tidak boleh terjadi penurunan pondasi setempat atau penurunan pondasi merata lebih dari batas tertentu.
Kegagalan fungsi suatu pondasi dapat disebabkan karena adanya “Base-shear Failure“ atau penurunan yang berlebihan sehingga dapat menyebabkan timbulnya kerusakan structural pada kerangka bangunan atau kerusakan lain seperti tembok retak, lantai pecah, pintu jendela yang sukar dibuka.
Agar kegagalan fungsi pondasi dapat dihindari maka pondasi harus diletakkan pada lapisan tanah yang cukup keras / padat serta kuat. Untuk mengetahui letak / kedalaman lapisan tanah keras maka perlu dilakukan penyelidikan tanah

2.2  MACAM – MACAM PONDASI
2.2.1 Pondasi Dangkal ( Shallow foundation )
Adalah pondasi yang jika kedalaman dasar pondasi dari muka tanah adalah kurang atau sama dengan lebar pondasi, meskipun kedalaman pondasi adalah – 5,00 m tetapi kalau ukuran pondasinya adalah 5,00 m x 5,00 m maka pondasi tersebut digolongkan dengan Pondasi Dangkal.
Pemakaian pondasi dangkal biasanya untuk bangunan rumah tinggal dan gedung bertingkat biasa dengan beban bangunan tidak besar dan biasa disebut Pondasi Langsung ( Spread Footing ) yaitu dengan memperlebar bagian bawah kolom atau dinding bangunan, sehingga beban bangunan disebarkan (spread) menjadi desakan yang lebih kecil daripada daya dukung tanah yang diijinkan

                                     Beban bangunan
                         Af = ----------------------------
                                   Daya dukung tanah
                                     Af  = Luas pondasi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk Pondasi langsung :
·         Dasar pondasi harus terletak dibawah lapisan tanah yang mengandung humus / bahan organik atau tumbuh-tumbuhan
·         Kedalaman tanah urug, yaitu menyangkut kestabilan tanah
·         Kedalaman tanah yang dipengaruhi sifat retak-retak atau kembang susut
·         Letak dan kedalaman pondasi bangunan lama yang berdekatan, agar tidak saling mengganggu
Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut diatas maka kedalaman dasar pondasi langsung di Indonesia biasanya diletakkan antara 0,60 m sampai 3,00 m dibawah muka tanah
          Pondasi langsung menurut konstruksinya dibagi menjadi 4 macam yaitu :

a.    Pondasi menerus( Continuous footing )

Digunakan untuk bangunan rumah tidak bertingkat, seluruh beban umumnya dipikul oleh dinding dan diteruskan ke tanah melalui pondasi menerus sepanjang dinding bangunan.
Untuk bangunan kecil diatas tanah yang baik, pondasi menerus dinding dinding setengah bata cukup diletakkan pada kedalaman 60 – 80 cm dibawah muka tanah, sedang yang satu bata 80 – 100 cm dari muka tanah. Untuk konstruksinya cukup dari pasangan batu, lebar dasar pondasi umumnya dibuat tidak kurang dari dua setengah kali tebal tembok. Diatas pondasi pasangan batu perlu dipasang balok Sloof beton bertulang yang berfungsi sebagai balok pengikat dan juga dapat meratakan beban dinding. Untuk dinding yang memikul beban beban agak berat atau karena daya dukung tanah kecil maka digunakan pondasi jalur pelat beton bertulang   

Gambar Pondasi Menerus

b. Pondasi telapak ( Individual footing )

Digunakan untuk menumpu kolom bangunan , tugu / menara, tangki air, pilar jembatan, cerobong asap dsb, pada umumnya berbentuk bujur sangkar atau persegi panjang.
   Pada pondasi ini digunakan beberapa anggapan praktis bahwa :
·         Plat pondasi adalah kaku sempuma, tidak akan melengkung karena beban konstruksi dan tetap merupakan bidang lurus
·         Desakan yang terjadi pada tanah dibawah dasar pondasi berbanding langsung dengan penurunannya
·      Tegangan tarik yang mungkin timbul pada tanah diabaikan
                     P
             σ  = ------- ton /m2
                                                        A
                   
                                             A = luas pondasi
 
                                Gambar Pondasi
                                          telapak



c.     Pondasi Kaki gabungan ( Combined footing )

Digunakan pada kolom bangunan, dimana jarak kolom terlalu dekat sehingga pondasinya digabung menjadi satu. Jika letak kolom bangunan dekat sampai batas tanah yang dimiliki seperti pada Rumah Toko didaerah pertokoan / pusat kota, karena harga tanah mahal maka rumah dibangun bertingkat dan selebar mungkin sampai batas tanah seluruhnya. Pada keaaan ini ruangan yang tersedia tidak cukup untuk membuat pondasi telapak yang sentris utnuk mendukung masing-masing kolom bangunan sehingga harus dibuat pondasi gabungan
   Bentuk pondasi Kaki gabungan :
·         Bentuk Persegi panjang
Digunakan jika kolom bangunan dengan beban yang agak kecil dan ruangannya terbatas

·         Bentuk Trapesium
Digunakan bila ruangan disebelah kolom dengan beban besar terbatas, maka bentuk persegi panjang tidak dapat digunakan karena batas tanah tersebut sehingga pondasi dibawah kolom diperlebar menjadi bentuk trapesium

·         Bentuk Strap Footing
Bentuk ini terbentuk pada 2 buah kolom bangunan dengan pondasi kaki tersendiri yang dihubungkan dengan balok penghubung (Strap footing) sehingga kedua pondasi bekerja bersama-sama sebagai pondasi gabungan. Untuk itu balok penghubungnya harus cukup kuat memikul momen yang terjadi.
Pondasi Strap footing biasa digunakan pada lapisan tanah yang relatif padat dengan dengan daya dukung tanah yang cukup besar sehingga
luas pondasi yang diperlukan agak kecil  

c.    Pondasi  plat ( Mat footing/Raft footing )

Digunakan pada lapisan tanah lunak yang daya dukungnya kecil, juga pada lapisan tanah yang tidak homogen, atau jika terdapat lensa ‑ lensa tanah lunak pada lapisan tanah yang agak padat. Sehingga bila menggunakan kaki pondasi yang terpisah untuk masing-masing kolom bangunan, jumlah luas dari pondasi-pondasi itu lebih besar dari setengah luas bangunan sehingga akan lebih praktis untuk menggunakan pondasi plat menyeluruh seluas bangunan.
Jika ada pondasi yang berdiri diatas bagian tanah yang lemah dan dapat menimbulkan penurunan setempat yang lebih besar dan akan mengakibatkan terjadi penurunan yang tidak merata pada seluruh bangunan, juga jika beban bangunan pada kolom bangunan cukup besar sehingga juga akan lebih praktis kalau menggunakan pondasi plat
         Untuk beban ‑ beban kolom bangunan yang tidak besar, maka plat pondasi dapat dibuat sama tebal pada seluruh bangunan, tetapi jika beban ‑beban kolom bangunan cukup besar, maka pada tempat ‑ tempat dibawah kolom, plat pondasi harus dipertebal, penebalan dapat keatas maupun kebawah.
Untuk hitungan plat pondasi, prinsip hitungan sama dengan perhitungan atap bangunan, hanya dibalik dengan menganggap tumpuan ada diatas, sedang dibawah terdapat beban berat yaitu desakan tanah pada plat pondasi tersebut.

2.2.2 Pondasi sumuran ( silinder )
A. Umum
Pondasi sumuran digunakan pada lapisan tanah keras yang tidak terlalu dalam. Di Indonesia type pondasi ini banyak digunakan karena pelaksanaannya sederhana, tidak diperlukan peralatan khusus dan murah.
Pondasi sumuran dapat dibuat jadi ( precast ) berupa sekmen – sekmen beton bertulang atau dicor setempat selama pekerjaan berlangsung sampai kedalaman / ketinggian yang diperlukan. Pondasi sumuran dapat dibuat sampai kedalaman lebih kurang 15 meter tergantung pada jenis tanah diatas lapisan keras tadi. Untuk kondisi lapisan tanah lembek / lepas dan muka air tanah tinggi diperlukan penyanggah atau kaison terbuka agar dinding galian tanah tidak runtuh.
Pondasi sumuran sepertl halnya pondasi langsung, harus diletakkan pada kedalaman yang tidak terpengaruh oleh penggerusan.

 B. Cara pembuatan pondasi
Bila silinder / sumuran dibuat dalam bentuk potongan ( seksi ‑ seksi ), setelah pengecoran seksi ‑ seksi, maka sekurang ‑ kurangnya perlu berselang 7 hari sebelum membuka acuan / bekisting dan berselang 14 hari sebelum seksi perlama diturunkan. Setelah pengecoran seksi berikutnya maka berselang 3 hari acuan dapat dibuka dan penurunan dapat dilakukan
Silinder ‑ silinder harus diturunkan secara tegak sempuma dan bagian. Dalam silinder digali pada waktu berlangsungnya penurunan. Bila tepi dasar silinder diturunkan pada batuan.
Setelah silinder telah terletak pada posisi akhir, maka dalamnya har‑us dibersihkan dan dicor dengan campuran beton biasa atau beton cyclop yaitu campuran beton dengan. batu ‑ batu blondos dengan perbandingan 70 % campuran beton : 30 % batu blondos, beton ini dimaksudkan sebagai pemberat silinder

2.2.3 Pondasi Tiang
A. Umum
     Pondasi tiang pada umumnya digunakan untuk :
·         Lapisan tanah keras yang letaknya sangat dalam dari permukaan tanah (daya dukung / qc lebih dari 150 kg/cm2)
·         Meneruskan beban terpusat yang besar
·         Menahan beban horizontal yang besar
·         Menghindari penggerusan/scouring
·         Konstruksi yang peka terhadap perbeclaan penurunan

B. Type pondasi tiang
Type pondasi tiang dikelompokkan berdasarkan fungsi tiang, material dan cara pelaksanaannya.
·          Fungsi tiang:
Bila lapisan pendukung pondasi tiang terdiri dari lapisan yang keras seperti batuan, lapisan pasir atau kerikil yang sangat padat maka, daya duVung tiang hampiT selurulinya beTasal dari tahanan ujung tiang yang disebut Point bearing pile 
·     Material :
a.     Tiang beton
Adalah tiang pancang yang terbuat dari bahan beton bertulang yang dapat berbentuk pejal ( massive ) atau berlubang ( hollow ). Tiang beton yang akan digunakan tidak boleh ada yang keropos, harus berbentuk seperti yang disyaratkan dan tidak boleh dinaricang sampai beton berumur 40 hari setelah pengecoran. Bila tiang akan akan diangkat atau digeser, tiang tersebut harus didukung pada. titik seperempat panjangnya
Bila diperlukan penyambungan maka memperpanjang tiang dapat dilaksanakan sbb :
Beton kepala tiang dipotong sehingga tinggal besi – besi tulangan dengan panjang sama dengan 40 kali diameter dari tulangan

b.    Tiang baja
 Adalah tiang pancang yang terbuat dari bahan baja yang bentuknya dapat berupa profil atau pipa. Kebanyakan penampang tiang pancang baja berbentuk profil H, karena terbuat dari beban baja maka kekuatan tiang ini sangat besar sehingga dalam transport dan pemancangan tidak menimbulkan bahaya fatal, seperti halnya pada tiang pancang beton precast. Jadi pemakaian tiang pancang baja ini akan sangat berguna bila diperlukan tiang pancang yang panjang dengan tahanan ujung yang besar.
Kelemahan tiang pancang baja ini adalah terhadap karat ( korosi ). Bila tiang baja memerlukan penyambungan karena kurang panjang maka tiang penyambung harus sama dengan yang disambung dan harus selalu dilindungi dengan cara dicat dsb.

c.    Tiang Kayu
          Tiang kayu harus mempunyai selisih tidak kurang darl ukuran millimeter antara diameter pada pangkal dan diameter ujungnya. Setiap tiang harus diatur dengan panjang tertentu agar mempunyai kepala tiang yang baik setelah dipancang.


d.    Tiang komposit
   Adalah tiang pancang yang terdiri dari dua bahan yang berbeda yang bekerja bersama ‑ sama sehingga merupakan satu tiang, berupa kayu dengan beton atau baja dengan beton
·         Tiang kayu dengan beton
Tiang ini terdiri tiang paricang kayu untuk bagian bawah muka air tanah sedangkan bagian atas adalah beton. Tiang kayu diletakkan dibawah karena kayu akan awet bila selalu terendam oleh air atau sama sekali tidak terendam oleh air, sehingga tiang kayu selalu terletak dibawah muka air tanah. Kelemahan tiang ini adalah pada tempat sambungan apabila tiang pancang ini menenma gaya horizontal yang permanen


·         Tiang baja dengan beton
    Disini tiang baja profil H terletak diatas menumpu pada sumbat beton
1.       Pipa dengan sumbat beton yang dicor terlebih dahulu pada Ujung bawah pipa baja dipancang dalam tanah dengan Drop hammer sampai pada tanah keras
2.       Setelah pemancangan sampai . pada kedalaman yang telah direncanakan, pipa dimasuki pipa profil baja H dan terus ditumbuk dengan Drop hammer sambil pipa. ditarik lagi kcatas sedikit schingga terjadi bentuk beton seperti bola
3.       Setelah itu bang baja profif H dimasukkan dalam pipa sampai bertumpu pada bola beton, dan pipa ditarik keluar darl tanah
4.       Rongga disekitar tiang baja profil baja H diisi dengan kerikil atau pasir

5 comments: