Wednesday 4 March 2015

PENDAHULUAN

1.1        SEJARAH TRANSPORTASI
Sejarah penerbangan komersial di Indonesia dirintis setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, dengan sebuah pesawat terbang DC 3 ( Dacota ) sumbangan dari masyarakat Aceh dengannomor registrasi RI – 001 “ SEULAWAH “ sebagai modal pesawat angkutan penumpang pertama dikembangkan perusahaan pemerintah “ GARUDA INDONESIA AIRWAYS “. Setelah memiliki pesawat terbang diresmikan dengan nama PT GARUDA INDONESIA dan MERPATI NUSANTARA AIRLINES.
Sejarah kemudian mencatat pendirian Industri Pesawat Terbang Nurtanio yang kemudian berganti dengan nama Industri Pesawat Terbang Nusantara yang menghasilkan pesawat C- 212 kemudian CN-235, N-250, helicopter BO-105 dan Puma.

1.2        ORGANISASI PENERBANGAN
Lembaga yang berwewenang mengatur transportasi  udara di Indonesia adalah Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Departemen Perhubungan. Organisasi penerbangan internasional dimana Indonesia telah menjadi anggota adalah :

  1. NTERNATIONAL CIVIL AVIATIOIN ORGANIZATION ( ICAO ) yang berkedudukan di Mountreal Kanada. Organisasi ini didirikan di Chicago pada tahun 1944, dengan demikian maka lapangan terbang di Indonesia mengikuti Standarisasi penerbangan sedunia yang meliputi :
1.                  Standarisasi lapangan terbang, tanda-tanda, Air Trafffic Control dan SAR ( Search and Rescue )
2.                  Organisasi dan Ekonomi penerbangan
3.                  Tenaga terdidik
4.                  Keuangan dan Maintenance penerbangan

  1. FEDERAL AVIATION ADMINISTRATION ( FAA ), menetapkan peraturan-peraturan yang diberlakukan di Amerika Serikat, namun di Indonesiasecara keseluruhan tidak diikuti, tetapi bagian-bagian dari peraturan FAA direkomendasikan oleh ICAO untuk dilaksanakan di Indonesia sejauh bagian-bagian peraturan tersebut sesuai dengan kebutuhan keadaan setempat.

1.3        KLASIFIKASI BANDAR UDARA
Yang dinamakan Bandar Udara adalah Lapangan Terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang, dan atau bongkar muat kargo dan atau pos, serta dilengkapi dengan fasilitas keselamatan penerbangan sebagai tempat perpindahan antar moda transportasi


Tabel : Kode-kode Acuan Aerodrome ( ICAO )

Unsur Kode 1
Unsur kode 2
No kode
Panjang Runway
( L )
Huruf kode
Bentang Sayap
( B )
Bentang roda
Pendaratan utama luar
1
L < 800 m
A
< 15 m
< 4,5 m
2
800 m < L < 1200 m
B
15 m < B < 24 m
4,5 m < B < 6 m
3
800 m < L < 1200 m
C
24 m < B < 36 m
6 m < B < 9 m
4
L > 1800 m
D
36 m < L < 52 m
9 m < L < 14 m


E
52 m < L < 65 m
9 m < L < 14 m
 
Tabel : Kode-kode Acuan Bandar Udara ( FAA )

Kode 1
Kode 2
No Kode
Panjang Runway
Nomor kode
Lebar Sayap
A
S < 91 knot
I
< 15 m
B
91 knot < S < 121 knot
II
15 m < B < 24 m
C
121 knot < S < 141 knot
III
24 m < B < 36 m
D
141 knot < S < 166 knot
IV
36 m < B < 52 m
E
S > 166 knot
V
52 m < B < 65 m


VI
65 m < B < 80 m

1.4   BANDAR UDARA INDONESIA

1.4.1 Pengelolaan Bandar Udara
Tahun 1996 terdapat 179 bandar udara, 12 diantaranya dikelola oleh PT (persero) Angkasa Pura I dan 9 bandar udara dikelola oleh PT (persero) Angkasa Pura II yang merupakan BUMN di lingkungan Departemen Perhubungan. Selain itu terdapat Bandar udara khusus yang dikelola oleh Ditjend. Perhubungan Udara dan Bandar udara non kelas yang dikelola oleh Pemda setempat terutama di Papua / Irian Jaya

1.4.2 Bandar Udara berdasarkan kemampuan
Jumlah Bandar udara sebanyak 179 buah berdasarkan kemampuan untuk didarati pesawat udara dapat diperinci sbb :
  • Mampu didarati pesawat Boeing 747 sebanyak 7 buah
  • Mampu didarati pesawat DC-10 / A-300 sebanyak 6 buah
  • Mampu didarati pesawat DC-9 / B-737 sebanyak 14 buah
  • Mampu didarati pesawat F-28 sebanyak 11 buah
  • Mampu didarati pesawat F-27/ CN 235 / C 160 Transall sebanyak 22 buah
  • Mampu didarati pesawat Cassa 212 / DHC 6 sebanyak 119 buah
Adapun nama – nama lokasi Bandar udara yang mampu didarati pesawat B-747 adalah
Ø  Polonia / Medan
Ø  Hang Nadim / Batam
Ø  Soekarno Hatta / Jakarta
Ø  Halim Perdana Kusuma / Jakarta
Ø  Juanda / Surabaya
Ø  Ngurah Rai / Denpasar
Ø  Frans Kasiepo / Biak


No comments:

Post a Comment